Kisah Jennifer Pan, Anak Emas Yang Tega Menghabisi Nyawa Orang Tuanya

kisah jennifer pan

Kisah Jennifer Pan, Anak Emas Yang Tega Menghabisi Nyawa Orang Tuanya – Anak merupakan harapan dari setiap orang tua agar bisa menjadi sosok yang dibanggakan oleh keluarga, karena itulah orang tua pasti melakukan berbagai cara untuk anak-anak mereka bisa menjadi sosok yang terbaik.

Namun, terkadang memang beberapa orang tua terkesan terlalu memaksakan kehendak sehingga memberikan tekanan kepada anak-anaknya yang berlebihan. Tak jarang hal ini membuat anak-anak merasa depresi karena mendapatkan banyak tuntutan.

Seperti kasus yang terjadi di tahun 2010 silam yang dialami oleh gadis muda yang dikenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata namun mengalami tekanan dari orang tua yang menganut gaya pengasuhan “tiger parenting” sehingga membuat gadis ini menjadi tertekan dan nekat membunuh orang tuanya.

Gadis muda Kanada asli Vietnam yang lahir pada tahun 1986, bernama Jennifer Pan, nekat menyewa dua pembunuh bayaran untuk membunuh ke dua orang tuanya.

Merasa Tertekan, Jennifer Membohongi Kedua Orang Tuanya

kisah jennifer pan

Kisah Jennifer Pan awalnya dikenali sebagai ‘anak emas’ di mata orangtuanya.

Dia pelajar berprestasi sepanjang tempuh study di SMA Katolik, dan secara mudah lulus sebagai sarjana Farmasi dari Kampus Toronto Kanada yang dikenali sebagai universitas favorite.

Orang-tua Jennifer ialah pengungsi asal Vietnam, dan di tanah rantau mereka di Kanada mereka harus berusaha keras sebagai pekerja untuk menjaga 2 buah hati mereka.

Berikut argumen ke-2 orang-tua Jennifer mempunyai keinginan yang tinggi sekali supaya  putrinya itu dapat belajar dengan giat, bahkan juga harus berprestasi dalam sektor pengajaran yang ditempuhnya. Ke-2 orangtuanya benar-benar menghargai Slot Online Terbaik Dan Terpercaya No 1 juga bidang pendidikan.

Mereka orang-tua yang disiplin, condong keras, untuk Jennifer dan adiknya, Felix. Jennifer ialah anak spesial dan jadi kebanggaan orangtua.

Tetapi, dibalik segala hal mengagumkan itu, terselinap dusta, kedengkian, dan sakit hati yang selanjutnya mengarah pada perlakuan menakutkan yang merusak keluarga dan diri Jennifer: pembunuhan sadis.

Semua keinginan orangtuanya rupanya membuat Jennifer merasa terhimpit. Saat di kelas 8, Jennifer mulai capek. Dia tidak lagi semangat belajar. Nilainya mulai jeblok, perlahan-lahan kepercayaan dirinya sendiri semakin sirna.

Untuk menutupinya, Jennifer mulai bohong sampai dusta jadi kebiasaannya. Dan gadis itu juga jalani kehidupan ganda yang penuh kepalsuan.

Dusta itu berjalan mulus, sampai satu saat Bich dan Hann berprasangka buruk dengan sikap putri mereka. Ke-2 nya juga mengikuti Jennifer — yang akui bekerja dalam suatu rumah sakit.

Saat dusta itu tersingkap, tidak cuman hati orangtuanya yang remuk. Jennifer juga semakin ketekan. Bich dan Hann semakin keras pada putrinya yang saat itu berumur dewasa.

Rencana Pembunuhan

Karena merasa semakin tertekan saat semua kebohongannya terungkap, maka terlintas dalam pikiran Jennifer yang saat itu tengah dekat dengan teman SD nya Andrew, untuk menghabisi nyawa kedua orang tuanya. Karena dirasa kedua orang tuanya merupakan penghalang atas segala kebebasannya.

Namun, pada saat bersama Andrew rencana ini tidak berjalan mulus. Malah uang yang sehrusnya menjadi upah membunuh dibawa kabur oleh teman Andrew, total sekitar $1.500 atau sekitar Rp22 juta.

Seiring waktu berjalan, Pan mulai melakukan kencan kembali dengan Wong. Kali inilah mempunyai gagasan baru, yakni membunuh ke-2 orang tuanya.

Dia bersama Wong membuat gagasan dan sewa pembunuh bayaran untuk menghabiskan nyawa orang tuanya. Gagasannya ialah ambil uang orangtua Pan seperti sebuah pencurian. Uang itu akan dipakainya untuk hidup berbahagia bersama si pacar.

Wong pada akhirnya menyambungkan Pan dengan temannya lainnya untuk penawaran potongan harga membunuh orang tuanya. Pembunuh bayaran itu minta $10.000 atau Rp147 juta sebagai gaji membunuh.

Pada 8 November 2010, Jennifer Pan jalankan laganya. Pembunuh bayaran masuk ke tempat tinggalnya dan akui sebagai pencuri. Semantara itu, Pan bersandiwara jadi korban ketika orang tuanya ditembak. Si ibu wafat, dan ayah Pan selamat dan koma.

Selesai peristiwa, Jennifer Pan bersandiwara jadi korban. Tetapi, dustanya tersingkap saat si ayah bangun dan menjelaskan semua keganjilan yang terjadi saat penembakan. Pan dan ke-3 gerombolannya dijatuhi hukuman bersalah.

Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer sama sekali tidak terlihat menunjukkan emosinya. Datar. Namun, ketika awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis sejadi-jadinya dan gemetar tak terkendali.

Dengan dakwaan tingkat pertama, Jennifer divonis seumur hidup, tanpa kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun.